Selasa, 04 Agustus 2015

Puisi Pendek

Hadirnya cinta akan tumbuhkan jutaan inspirasi,
bijaksana dengan cinta akan membuat hidup menjadi penuh arti

Tertatih melintasi tabir,
di seret segenggam asa,
aku mencoba tersenyum,
saat kepalsuan memeluk sukma.

Tak mungkin aku menghitung rasa,
karena hargamu tiada terkira,
dan hanya cinta yang mampu seharga

Kutulis sebait puisi cinta,
agar kau tahu tentang rasa,
tak kuasa ku hantarkan kata,
karena terlalu dalam aku mencinta

Air mengalir di hutan bakau,
menyerap musnahkan petaka,
seperti aku menjaga malam,
menunggu sebait sapa

Mengharap di debur ombak,
membentur karang keraguan,
di tepi asa yg mulai samar,
aku tetap merindukanmu.

Hadirnya cinta akan tumbuhkan jutaan inspirasi,
bijaksana dengan cinta akan membuat hidup menjadi penuh arti.

Yakinlah kau akan menerima sebuah kehilangan,
karena itu adalah bentuk dari cinta,
yg kadang hadir dg cara yg berbeda.

Tak bosan aku merindu,
tapi aku tak yakin jika kau akan jadi miliku.

Meskipun betapa berharapnya hatimu,
tapi aku tak bisa meyakinkan diriku sendiri,
dan aku tak yakin bisa membahagiakanmu.

Percayalah ...
Aku harus pergi,
hanya tinggal menentukan waktu,
maka aku pilih sekarang,
agar tak lebih menyakiti hatimu.

Bak cinderella bersepatu kaca,
kau anggun di keremangan,
adakah kau ingin anggun dalam hatiku,
maka yakinkanlah aku.

Perih rasanya merindu,
tapi kau tak lekang oleh waktu,
dan percayalah aku selalu untukmu,
walau selalu dalam ragu.

Kau adalah wanita terindah yg pernah hadir dalam hidupku,
walau kau harus pergi meninggalkan aku.

Aku tak harap sempurna,
aku tak ingin istimewa,
datanglah dengan seperti biasa,
karena sudah cukup ada cinta bagi kita.

Hadirnya cinta akan tumbuhkan jutaan inspirasi,
bijaksana dengan cinta akan membuat hidup menjadi penuh arti.

Tiada rasa selain kamu,
tiada bijak selain cinta,
aku yakin ini rindu,
karena setiap bersamamu aku bahagia.

Seperti air aku mengalir,
seperti alang-alang aku menari,
biar kemana hilir,
kapanpun untukmu sampai raga ini mati.

Sirna semua gundah,
saat kau berniat untuk singgah,
kusambut kau dengan semua warna,
bak pelangi yang selalu ceria.

Kala aku mencintaimu,
aku menjelma menjadi raga kedua bagimu.

Dengan warna dapat merubah dunia,
dengan cinta dapat merubah duka,
tersenyumlah...
lalu terima cintaku.

Merajuklah pada pelangi agar mewarnai harimu,
dan genggamlah tanganku tuk tempuh hidup lebih berwarna bersamamu.

Lukisan berjangka emas,
di bingkai rindu bersulam permata,
kuanggunkan sewajah paras,
tersenyum diam di buai cinta.

Deru mesin memecah arah,
kereta tetap melaju,
trotoar nampak berbunga,
dan percayalah ...
ada indah di akhir cerita.

Malampun mendekati pagi,
ku lihat debu jalan mulai beraksi lagi,
tapi aku tak tahu,
sampai dimana kerinduanmu padaku.

Dijalan lurus yg teramat panjang,
kerikil bernyanyi tanpa irama,
seakan berharap sebuah kepastian,
tiadakah restu untukku.

Hadirnya cinta akan tumbuhkan jutaan inspirasi,
bijaksana dengan cinta akan membuat hidup menjadi penuh arti.

Nampak indah lukisan di dinding berdebu,
berpadu puisi curahan kalbu,
dan semua tentang asa dalam hatiku.

Haruskah aku berdamai dg gulita,
kala daun berbisik di gelap cemara,
dimana cintaku dalam gulana,
tiada satu sebuah lentera.

Kusapa mentari pagi,
dia mengeluh malas memendam rindu,
selimuti lara di ujung nestapa,
dermagaku kering tanpa kasihmu.

Bulan di langit berawan,
hitam tiada ceria di balut kabut nestapa,
sungguh aku rindu di rindang bunga.

Bukan aku tak cinta saat aku menyembunyikan cerita,
semua hanya untuk bahagia bagimu,
karena aku cinta kamu.

Mencium harum bunga,
terserap iri di rasa sendu,
mencumbu bayang duka,
samarkan secercah rindu.

Menapaki jalan berbatu,
melayang diantara debu,
dan aku terjatuh,..
terperangkap di pilunya rindu.

Alang-alang meliuk tak tentu arah,
menyerah pada angin yg meniupnya,
dipersimpangan tatapku gundah,
mungkinkah ada cinta untukku.

Dermaga batu bertugu,
lelap di perapian sebuah tungku,
membakar baja asmara,
aku terkulai di bias cinta.

Di junjung kata teman,
di harfiah sebuah cinta,
di istilah kata sahabat,
ternyata kau yg ku rindu.

Bak penggembira kau menghibur,
dg sejuta bunga kau jerat aku,
kala rindu di tabur,
mengapa kau biarkan bunga ini layu.

Saat terucap janjimu untukku,
seakan aku tenggelam di tembangmu,
dan kau luruhkan setiap angkuhku.


Gerimis iringi kesendirianku,
aku gelisah,..
Berkaca pada heningnya malam,..
ternyata ada cinta untukmu.

Aku wayang di ambang gamang,
mengarungi samudra dg hati telanjang,
dg sampan yg rapuh,
bergarap air mata bukan lg duka.

Cintaku melayang tak pasti,
di gamang sukma tiadaguna,
ku lantunkan syair dari hati,
terasa gundah di bias murka.

Kemilau cahaya di puncak kepalsuan,
di batas langit berwarna jingga,
bianglala nampak menawan,
bercermin enggan bercerita.

Sanjunganmu sungguh terlalu mesra,
tidaklah bibirku memerah seindah mawar,
hanya cinta yg bisa terucap walau teramat tawar.

Tenggelamkan aku dalam sejukmu,
dipeluk derai ceriamu,
bercintalah denganku meski diantara air mata.

Kau tempat aku berkeluh,
pelukmu sandaran ragaku yg lusuh,
dengan cinta dimana kita berteduh.

Cintaku datang berlumpur debu,
tapi aku ingin membawamu pergi laksana bayu.

Sel cinta tumbuh tanpa keinginan,
di lemahkan cemburu kaum gulana,
dan aku lelah,
menjulang rindu tanpa daya.

Angkuhku jadi larva tersembunyi,
bernyanyi bak ganggang diantara sampah,
menjerat setiap denyutnadi,
bercinta tanpa sumpah.

Jendela hatiku meredup tak tentu,
kala gerak tangkai sebuah pintu,
engkaukah itu yg membawa rindu.

Teriakku membentur dinding cadas,
di gemuruh bising yg seakan tuli,
aku berharap dari cinta yg kandas,
semoga masih ada hati.

Kureguk anggunnya tipu,
tak berdaya di buai syahdu,
bak pungguk rindu bulan saru,
melenggang kau tinggalkan aku.

Kupejam mataku dgn selimut duka,
kubasuh tubuh dengan debu derita,
ku harap kau datang menyapa,
tuk sekedar pengobat luka.

Betapa indah peraduanku,
saat kau pasrah dalam pelukku,
dg simfoni yg mendayu merdu,..
walau kau hadir hanya dalam mimpi.

Saat pagi menjelang mentari tersenyum menyambut hari,
berlari di bayang kelam mengejar mimpi walau tak pasti.

Tak bosan aku merindu,
ibarat gunung yang setia menunggu,
walau kau tak pernah menghargai waktuku.

Cintaku menghampar laksana pasir,
tak terhitung di sahara nan luas,
indah laksana pelangi di langit yang tiada batas.

Hanyut aku dalam kesendirianku,
gundah melanda kala datang rindu,
dan itu semua tentang kamu.

Laksana embun yg berkilauan,
tenggelamku dalam sejukmu,
alunan lagu mendayu pilu,
tak berdaya menahan setiap rindu.

Jarakpun seakan hilang,
saat pelukan di bias khayal,
ku tabur gemilang cinta,
penuh harap di jemu risau.

Aku tak mau mengenang sebuah bimbang,
walau hanya bayangmu yg kudekap penuh rasa sayang.

Lewat tulisan aku sampaikan gelisahku,
untuk samarkan setiap anganku.

Khayalku slalu tentangmu,
walau aku tak tahu artinya merindu,
berilah aku sedikit waktumu,
agar aku yakin ada asa dari harapku.

Tak perlu kau tanyakan sungguh-sungguh atau tidak,
kau hanya perlu membuka sedikit ruang hatimu untuk tahu kesungguhanku,
tak perduli jk kau tak menerimaku,
kau hanya perlu beri harapan agar aku bertahan utk mencintaimu.

Jika ada orang yg rela mati untukmu tinggalkan saja,
aku lebih siap untuk hidup bersamamu.

Semua bukan soal perasaan,
tapi semua tentang aku yang membutuhkanmu.

Aku sadar saat suaraku tak lagi bermakna,
tapi jangan kau pikir aku lelah untuk lantunkan berjuta rayuku untukmu.

Semesta di selimuti kabut,
tapi tak butakan cercah harapan,
semua karenamu.

Ada resah di jiwaku kala bayangmu melanda angan,
ada rona di siluet tubuhmu kala menyobek celah harapan.

Nyatanya...
Airmata selalu jadi luapan tempat mengadu,
di saat aku memendam rindu.

Biarkan cahaya kilaukan wajahmu,
agar kunikmati anggunnya panorama,
walau jauhi senja tempat aku bermain cahaya.

Air mata mengaliri telaga yg hampir kering,
menderita di tiap helaan napas,
memaksa dawai agar tetap diam,
dan tanpa irama.

Hanya kamu yang menjadi tamu di hatiku,
seperti perapian yang tak pernah kehabisan bara,
kau menyala dalam api cintaku.

Di rumpun bambu asaku bersembunyi,
tapi tak luput dari simfoni,
walau tak kuharapkan,
dia datang menggetarkan jiwa.

Pada angin aku bercerita,
yg hembus daun hampir layu,
aku mengadu pada kicau burung,
berharap pada resah sebuah senandung.

Jantungku berdebar saat mengingatmu,
bak dawai gitar kehabisan nada,
seperti irama yang lantunkan rindu tak pasti.

Menulis sejuta puisi tentangmu,
di bingkai nuansa indahnya pelangi,
saat kita mengabadikan waktu,
di selimuti kabut warna kelabu.

Dihempas bayangmu aku gembira,
mengukir hati di lembahmu,
dengan bening berkilau cahaya.

Di tepinya sebuah asa,
ku agungkan dirimu di sanubari yang terdalam,
di pelabuhan berdebu di temaram hati yang kelam.

Takjub ku pandang bianglala,
diantara prasasti cinta yg tinggal cerita,
biasnya silaukan syahdu tentang rindu yg semu.

Andai kau disini tak akan lagi ada sepi,
walau hanya mimpi datanglah untuk damaikan hati.

Aku mencintaimu tidak seperti bunga karena akan layu saat musim berganti,
aku mencintaimu seperti sungai yg mengalir selamanya.

Berbahagialah wahai pemilik cinta,
lepaskan dinamika yg ada,
akupun memilikinya walau tak yakin harus aku kukuhkan utk siapa.

Kala senyummu datang menyapa,
kau samarkan gundah semesta,
kala anganku berharap senja,
kau datang bak pelangi yg penuh bunga.

Jika kau datang hati akan senang,
bulan pun akan terangi malam,
seperti berbagi kemesraan.

Adakah kau ingin jika kita saling bicara,
untuk menyatukan cerita,
dan berbagi tentang rasa,
tataplah mataku.

Jika kau ragu akan hatiku,
kau pandanglah bulan atau bintang,
yg berbagi asa tentang kita.

Sejatinya aku tak mampu tuk menggapaimu,
tp senyum tulus yg kau suguhkan,
membuatku terlena dalam kesederhanaan rayumu yg nyata.

Jika rindu itu embun ku beri hujan,
jika sayang itu danau ku beri lautan,
jika cinta itu kamu maka ku beri segalanya.

Penawar rindu untuk kasih pujaan dalam menempuh cobaanku..
itu hanya kamu.

Amarah membatin di gejolak asmara,
sirna karena sebuah pena,
ya.. Puisi cinta itu meredamnya,
bak halilintar di telan senja.

Aku terhempas di bentur nestapa,
mengelus dada dijalang sebuah angan,
karena kau begitu menggairahkan.

Ingin sekali aku mencuri,
mungkin ini jalan terbaik jika ku dapatkan hatimu,
meski dengan mencurinya.

Sungguh aku tak bisa membuat sesuatu yg indah tanpa menghayalkanmu,
karena kau imajinasiku.

Aku bisa melukis atau menulis puisi indah,
tapi aku tak bisa melukis atau menulis tentangmu,
karena kau lebih indah dari semua itu.

Aku terhempas di bentur nestapa,
mengelus dada di jalang sebuah angan,
karena kau begitu menggairahkan.

Cinta tidak memaksakan keinginan yg satu atas keinginan yg lain,
lalu bagaimana keinginanku untuk memilikimu?

Berlari di ujung kelam,
berteriak diangkasa nan luas,
diantara belukar keraguan,
aku masih yakin untuk mencintaimu.

Kala aku meniti hari,
menjalani waktu...
dimana langit terbelah laksana samudra yg gundah,..
ternyata kau cintaku.

Sejatinya aku tak bisa menggapaimu,
tp senyum tulus yg kau suguhkan,
kau lenakan aku dlm kesederhanaan rayumu yg nyata.

Rayuanmu bak sembilu yg menghirisku,
kau bawa luka di tiap senyum,
kau bunga di tebing curam,
tapi kau buat aku terlena.

Aku tak mengerti bahasa kalbu,
walau jiwaku selalu terlena,
mungkin ini rindu atau bahkan juga cinta,
tentangmu.

Senja nampak muram bagai hatiku yg remuk redam,
berharap pelangi hiasi hari,
kau pergi tinggalkan asa yg kelam.

Buatlah keheninganku menjadi ceria walau hanya bersama bayangmu,
meski temaram tiada berganti.

Mungkinkah kau akan seperti merpati,..
Yg tak pernah ingkar janji,..
Dan kembali padaku.

Aku tak tahu,..
Walau aku benci rasa ragu,
tapi aku masih berharap dirimu.

Kemilau cinta pun pudar warnanya,
berganti kelabu saat menghilangnya dirimu.

Kala raga lesu bagai debu,
kala jiwa layu di hempasragu,
adakah kau tau,
dimana aku berharap belaimu.

Bkn aku tak cinta pd malamku,
meski kadang hening dlm pelukan,
maka aku sambut pijar mentari,
agar menjelma sebuah harapan.

Tak ada pesta yg tak usai,
meski rembulan setia menemani,
tapi harus ku sambut pagi,
karena tak ada yg abadi.

Mentari,
jagalah hariku dengan sinarmu,
biarkan aku yg meninakan rembulan di peraduan,
sampaikan saja salamku pd seseorang.

Wahai pagi,
jgn kau buat aku gelisah,
biarkan embun itu tetesi jiwaku yg hampir kering,
agar aku rela melepas rembulan.

Diujung sekarat anganku,
di hitam senja tiada warna,
di gelegar halilintar ...
Aku masih mengingatmu.

Malamku angkuh di gemerlap cahaya,
kemilau bintang seakan hilang,
adakah kau rindu sinar bulan,
dimana kita mencumbu angan.

Habis sudah sinar surya itu,
di telan kabut dan menjadikannya gelap,
senja pun muram seperti hayalku yg kosong.

Aku meratapi kepergian sang bulan,
bahkan tak kuhiraukan sapaan mentari,
kala aku harus mengingat senja,
dmn kau campakkan aku.

Tuhan menciptakan aku dengan segala kelemahanku,
dan tuhan juga menciptakan kamu cinta,
supaya aku kuat untuk bertahan.

Pergilah...
Aku siap kehilanganmu,.
Cinta memang begitu,
dan besok aku akan merangkul cinta lagi,
meski tiada sejati.

Kau seperti alkohol dalam hidupku,
membuatku mabuk jika di dekatmu,..
Tapi sungguh aku inginkan itu.

Aku akan mengejarmu bersama harapan yg pernah kau suguhkan,..
tunggu aku bersama kenangan dan keinginan.

Dari atap langit aku bercerita,
dari balik bukit aku melukis kata,
tiada lain semua tentangmu dan aku hanya inginkan cinta.

Aku mencintaimu dengan segala imajinasiku,
dan sepenuh perhatianku,
serta kemampuanku menerima kehilanganmu.

Bercengkrama dinamika cinta,
bersenda diantara hati,
aku setia mencari makna,
walau menunggumu sesuatu yg tak pasti.

Berpeluk asa melenggang sukma,
menjelajah belantara kalbu,
mengenang rasa berdasar cinta,
terperangkap hati di buai rindu.

Aku mencintaimu dg segala harap dan kelemahanku,
tapi ini nyata dan bukan fatamorgana,
meski bergelut dg derita.

Tak ingin aku bergelut dengan angkara,
tak mau aku terjerumus karena murka,
santai sajalah ...
Aku mengerti tentang cinta.

Anganku melayang di atas awan,
mencari sesuatu tentang kesejatian,
tapi sirna semua hayalan,
karena hanya kau yg jadi impian.

Tiada harapan lagi untuk kembali,
seperti bangau yg ingkar janji,
menyendiri di angkasa,
berhayal di bias asa.

Menanti yg tak kunjung tiada henti,
padahal rembulan senantiasa berganti,
adakah kau mengerti itu,
setia yg tercampakkan.

Berkawan kabut kelabu,
mendekap setiap rindu,
bersenda di nganga luka,
terbuai sejatinya cinta.

Jika ada orang yg mencinta sepenuh keindahannya,
tentu saja akan aku berikan harga kasih sepenuh jiwa.

Kulambaikan harapan pd kejenuhan,
berharap hilang semua lelah,
aku ingin seperti mentari,
tak pernah bosan menyapa pagi.

Gelap undur diri,
mentari menyapa dari kejauhan,
meski sang bulan enggan menjemput pagi.

Kantukku berganti gelisah,
menjelang pagi di pagut kelabu,
di sinar cahaya mentari,
bak benalu bergantung rindu.

Di pelataran dermaga hati,
menjulang janji biaskan sejati,
dalam gelap keraguan,
ku jerat sebuah harapan.

Puisi di tembok berdebu,
bergurat resah di dinding batu,
diantara dentang waktu,
sirnakan kabut di bias rindu.

Melayang daun di ranting patah,
di hembus gelora asmara resah,
tak tentu di bait simfoni,
kau bermain di antara hati.

Gurun pasir berganti danau,
derita berganti ceria,
semua indah saat kau tersenyum padaku.

Menari di panas mentari,
bernyanyi di gelap sunyi,
bersenda di derai air mata,
penuh harap karena cinta.

Bingkai indah berhias permata,
angkuh lukisan di gurat keraguan,
seperti cintaku yang lari dari kenyataan.

Teriakku kandas di dinding cadas,
lelehkan lahar setiap ambisi,
bak karang tiada lugas,
kau samarkan semangat dan emosi.

Berkelana di kegelapan semesta,
mencari ikrar jati seonggok hati,
aku yakin semua tentang cinta.

Membara api di genggaman,
merahnya rasuki jiwaku,
dengan bara yg tak pernah henti,
seperti rinduku yg tak pernah mati.

Ku buka jendela...
angin pagi menyapa tanpa ragu,
sungguh menyejukkan raga,
seperti sejuknya senyum dari bibirmu.

Dimensi waktuku seakan tak ingin bergerak,
semua terjadi karena mu,
dan aku rela menghabiskan waktuku bersamamu.

Cintaku tak pernah layu,
bak bunga di kolam telaga hatimu,
seperti edelweis di puncak tertinggi gunung cintaku.

Aku memandangmu bagai sebuah telaga,
dan aku selalu ingin mendayung sampan kebahagiaan bersama telagamu.

Rumahku adalah istanaku...
Itu jika kamu mau jadi sebagai putri dan permaisurinya sayang.

Cinta itu ibarat sepatu,..
Harus saling melengkapi jika tak ingin terbuang.

Cahaya bulan paksa jendela hati utk terbuka,
diantara awan yg makin pekat,
membuatku lena di samar bayangmu yg hampir sirna.

Lewat hujan aku sampaikan rinduku,
lewat gelap aku bercerita tentangmu,
yg jauh dari hidupku.

Saat sendiri..
Sering teringat masa indah,
kala kita menikmati tulusnya cinta,
dimana jiwa saling membelai penuh mesra.

Aku reguk setiap doa,
meracau walau dalam diam,
kebahagiaan...
dan terselip dalam tiap lipatan kata,
namamu..

Mendang subuh itu menyapaku,
damaikan hatiku yang keruh,
andai kau seperti itu.

Kantukku berganti hening,
pagipun surut mengusir malam,
aku masih merasa kelamnya,
dan kau tetap tak perduli.

Bising halus dalam darahku,
berdesir darah setiap nadiku,
semua karena tatapmu,
yg membuat aku menjadi ragu,
entahlah..

Di selendang temaram jingga,
langit membisu sendukan kalbu,
berdendang lagu nyanyikan cinta,
tahukah kau jika aku merindu.

Berlumut dinding dermaga,
singgah kapal berlampu manja,
tak kuragu bertahan rasa,
di genggam elok setangkai bunga,
untukmu..

Tiada bintang,
gelap bagai hatiku yg telah hilang,
sudikah kau datang sekedar menyapa harapan.

Cinta tanpa pertentangan dan perbedaan adalah cinta yg rapuh,
dan aku menentangmu untuk menjauh dariku.

Rinduku diujung sebuah layang,
bergerak ikuti iramakau terbang,
akankah kau singgah sejenak,
tuk yakinkanku menggengamu erat.

Usiaku renta untuk merindukanmu,
tapi aku tak punya cara untuk melupakanmu,
walau aku tak yakin bisa memilikimu.

Cinta adalah alasan yg paling hebat pada setiap insan untuk bertahan,
aku yakin kau diantaranya,
juga aku.

Gerimis yg malu-malu,
iringi sujudku dalam remang,
racau doa bertalu rindu,
tumpahkan risau padamu seorang.

Berduyun kumbang itari asa,
berjejal tabu menjamah duri,
mawar sungging senyum piranha,
menikam raga berjuta hati.

Satu senyum kau suguhkan,
beribu makna aku selami,
tapi senyummu bukan jawaban,
aku masih menunggu.

Di tolak atau di terima,
adalah dinamika dari cinta,
yg selalu datang dg cara yang berbeda,
aku siap dg segala kemungkinannya.

Cinta ...
Sederhana aku menyebutnya,
serupa aliran darah yg tiada henti,
sampai aku mati.

Sabda jiwaku menembus kelamnya hari,
mendamba bintang temani resahku,
dibias senyum dari raut mendungmu,
mungkinkah.

Jangan biarkan pelukku yg tulus,
dari guratan hati yg penuh cinta,
yakinlah jika kita layak bersama.

Aku tak perduli jika kau tak menerimaku,
kau hanya perlu memberi aku harapan,
agar aku bertahan untuk tetap mencintaimu.

Aku insan yg rapuh,
tapi tuhan menciptakan kamu,
yang membuat aku selalu bertahan,
dan penuh harapan.

Diujung senja aku menanti gemanya,
lantunkan saja,..
aku menanti di desir angin malam,
lagu cinta untukmu.

Kau mungkin hanya selayang pandang,
bagai puspa gugur di sepoi angin,
kemana singgahmu,
sungguh aku ragu.

Aku ragu rasa tentang merindu,
gejolak darah biaskan cemburu,
antara hati yg kian meragu,
adakah kau mencintaiku.

Lelap dalam sebuah mimpi,
lena samarkan sinar pada bongkah batu,
terselit di terjalnya hati,
rinduku kian menggebu dari sel sama aliran darah,
memercik dahsyat gelora merangkum gairah,
mencumbumu di setiap arah,
mau ku..

Ujung rapuh sebatang bambu,
bertahan demi sebuah rakit,
di hempas deras gulungan ombak,
serupa aku yg bertahan dari cintamu.

Selamat pagi...
Terima kasihku pada secangkir kopi,
dan seulas senyummu,
meski hanya dalam khayalku.

Aku akan menyayangmu,..
Serupa harimau memanjakan cakarnya,
seperti itu..

Kuramu bersama gairahku,
kurang lebih.

Peluk aku dalam gairahmu,
seperti angsa memanjakan sayapnya.

Gelisah menyapa malamku,
bahkan kuserahkan anganku pada ujung api sebatang rokok,
dan kerinduan dari gurat sebuah pena.

Aku hanya butiran pasir di hamparan semesta nan luas,
cinta...
Mungkinkah kau menemukan aku,
serupa pungguk rindu bulan saru.

Pagi nampak kelam,
bahkan mentari malas bernyanyi,
senjapun temaram,
serupa aku yg kehilanganmu.

Aku tak mau menimang sebuah sebuah bimbang,
walau kerap kudekap bayangmu penuh rasa sayang,
yakinkan aku.

Gambar tentangmu ada pada ingatanku,
lantun merdu suaramu menggema di setiap heningku,
ya.. aku merindumu menari di ujung senja,
semarakan pelangi yg bernyanyi,
mungkin lagu itu tentangmu,
entahlah..

Terlalu usang pena ini untuk aku diamkan,
biarlah dia lena bersama pelukku,
dan syair kerinduanku,
entahlah..

Ombak tak bosan bergerak,
mentari tak henti menyapa pagi,
serupa aku yg setia menjalani hari,
menunggu sebait sapa darimu.

Membiru laut di hamparan semesta,
anggun pelangi bertabur warna,
mungkin fatamorgana,
tapi tidak untuk cinta kita.

Tembok beku,
berlumut daki sebuah dengki,
dilukisan lusuh samarkan cerita indahmu,
serupa aku yg lena di bias cintamu.

Kaca itu sudah retak,
tapi aku tak bosan memandangnya,
kutiup setiap debunya,
kucium aroma tiap kenangannya,
itu gambarmu.

Angin berhembus di terik hari ini,
ditemani kopi dan sebatang rokok,
tiada pena untuk mengingatmu,
ya..Aku cemburu.

Kuanggunkan semampai indahmu,
kupeluk aroma cinta darimu,
kala kau tebar asa dan kau buat aku terlena.

Kau hanya mencumbu angan,
berhayal tinggi menatap awan,
jauh... walau banyak cerita,
tundukan kepalamu dan ingat saja aku.

Jiwa-jiwa kosong tanpa cerita,
dengan raga rapuh dilena dusta,
kau masih berkaca pada sajak durjana,
aku inginkan cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar